Free INDONESIA Cursors at www.totallyfreecursors.com
RSS

About History,,,

Sejarah Maritim


“Perahu”
Lopi (bugis),biseang (makassar)
a.  Mitologi Perahu
            Perahu menurut mitologi orang Bugis Makassar pertama-tama dibuat di Zaman Sawerigading,salah seorang raja dari kerajaan Luwu purba. Ketika Sawerigading (Opunna Ware)mengajukan hasratnya untuk menikah dengan saudara kembarnya yang bernama We Tenri Abeng,dan maksud itu di tolak oleh We Tenri Abeng karena hal itu tidak pernah terjadi dalam sejarah Luwu karena jika hal ini terjadi akibatnya kerajaan akan hancur.berita mengenai sawerigading berniat menikahi saudara kembarnya didengar oleh raja,raja menjadi marah dan dipanggilnya seluruh anggota adat serta pembesar kerajaan untuk membicarakan hal tersebut. Keputusannya adalah hal tersebut dikembalikan kepada keduanya.Sawerigading mendatangi We Tenri Abeng untuk minta pendapatnya sehubungan dengan keputusan pemimpin kerajaan,kemudian We Tenri Abeng menasehatkan Sawerigading agar dia pergi ke tanah Cina(Bone) mencari jodoh yang wajahnya serta bentuk tubuhnya mirip dengan dirinya yaitu opunna Cina yang bernama We Cudai.oleh Sawerigading dijawab bahwa tidak mungkin karena perahunya sudah tua,oleh We Tenri Abeng disarankan agar mengganti perahunya dengan yang baru ditunjuklah pohon Walerengnge di Mangkuttu,yaitu pohon dewata.setelah diputuskannya hari penebangan pohon itu ternyata pohon itu tidak bisa terpotong.oleh We Tenri Abeng disarankan agar mengadakan upacara sebelum ditebang.setelah pohon itu tumbang,pohon tersebut langsung tenggelam kedalam perut bumi dan didapatkan Pohon itu telah selesai dibuat Perahu kemudian perahu tersebut diapungkan keatas permukaan laut di pantai kerajaan Luwu.setelah perahunya selesai dibuat maka diputuskanlah hari pemberangkatan,berlayarlah dia ke tanah Cina dan dia berhasil mendapatkan We Cudai  dan menikah setelah melalui perjuangan berat.setelah agak lama di tanah Cina,tergugah hatinya untuk pulang ke tanah Luwu tanpa mengingat sumpahnya,dalam perjalanan pulang bersama permaisurinya We Cudai,perahunya pecah dan bagian-bagiannya terdampar di tiga desa di Dati II Bulukumba,yaitu di Ara papan lunasnya,di Bira terdampar layar dan tali temalinya sedangkan di Lemo-lemo terdampar sottingnya.inilah menurut cerita yang menyebabkan penduduk di ketiga desa tersebut mempunyai keahlian dalam membuat perahu terutama perahu Phinisi dengan mencontoh perahu Sawerigading yang terdampar itu.

B.     Cara Pembuatan Perahu
            Jenis perahu yang pertama dikenal oleh orang Bugis Makassar disebut Banta’ akan tetapi jenis ini tidak di produksi lagi.Cara pembuatan perahu dikenal orang Bugis Makassar ada 2 yaitu:
1.    Dibuat dari satu batang kayu,dilubangi asa disebut perahu Garonggang/Lesung aronggang/Lesung batangeng,jenis ini yang terkenal adalah Sampan (istilah dari bahasa China “Senpan”),Lepa-lepa,sande,soppe,balolang,dan Jarangka.
2.    Dibuat dari papan,dari kayu bitti atau Jati yang disusun rapi dengan menggunakan paku yang terbuat dari kayu Seppu,bakau,dan kanrung.yang lebih besar dari perahu lesung dan daya angkutnya lebih banyak,jenis ini yang terkenal adalah Perahu Phinisi(palari),perahu pajala,perahu Lambo,perahu Galle (untuk perang),perahu Lette (juga dikenal di Madura),perahu baggo,perahu Patorani(menangkap ikan terbang,Tarawani “Bugis”,Tuing-tuing “Makassar”),perahu Pagatan,dan perahu Padewakang (menangkap teripang ke pantai utara Australia)

C.    Perahu Phinisi
                                            
            Perahu sebagai salah satu unsur kebudayaan bugis Makassar yang berkembang sejak dahulu kala telah mampu mengangkat nama Sulawesi Selatan sebagai pelaut ulung nusantara.Hal ini dapat dibuktikan dengan berhasilnya Perahu Phinisi mengarungi lautan pasifik sampai ke Vancouver (kanada) pada September 1986.
            Istilah Phinisi ada yang memperkirakan berasal dari nama salah satu pelabuhan di laut tengah yaitu “Venice” (di negara Italia) yang ramai dikunjungi oleh pedagang rempah-rempah pada Zaman dahulu dari Indonesia dengan menggunakan perahu. Ada pula yang memperkirakan bahwa nama phinisi berasal dari nama sejenis ikan yang terdapat di perairan selat Makassar yang disebut “Pinisi”,ikan ini kecepatan larinya dalam air melebihi ikan-ikan lainnya,mungkin hal inilah yang menyebabkan sehingga perahu Phinisi biasa juga disebut perahu Palari,maksudnya cepat larinya.
            Di tahun 1960an pernah diadakan perlombaan phinisi dari Ujung Pandang ke Jakarta yang diberi nama Kopra Race. Pada bulan Juli 1986 mulai dirintis pelayaran ke Vancouver kanada dengan menggunakan perahu Phinisi Nusantara.

D.    Kehidupan Sosial di Perahu 
            Untuk menertibkan hubungan interaksi di perahu yang menggunakan tenaga lebih dari satu orang seperti Phinisi,maka diadakanlah suatu pembagian tugas sebagai berikut :
1.    Punggawa (nahkoda) tugasnya ialah menyelesaikan segala masalah yang ada hubungannya dengan kehidupan di perahu (jadi sebagai hakim).dahulu selalu memakai passapu,ikat kepala bila berada dalam perahu.
2.    Juru mudi tugasnya memegang guling/giling ( kemudi ) perahu.
3.    Juru batu tugasnya mengatur turun naiknya balango (jangkar).
4.    Sawi (kelasi) istilah sawi juga dipakai untuk pembantu tukang pembuat perahu.sawi perahu terdiri menurut tugasnya:
Ø  Sawi yang bertugas memasak (Sawi pallu).
Ø  Sawi yang bertugas menjaga kebersihan,peralatan perahu dan sebagainya.
Ø  Juragang yang bertugas sebagai agen,dialah yang mengurus surat-surat dan muatan perahu.

Perahu-perahu pengangkutan ukuran besar seperti Phinisi biasanya menggunakan 12/15 orang tenaga.Mereka ini semuanya berada dibawah koordinasi Punggawa.bila terdapat sawi yang mengadakan pelanggarannya misalnya menggunakan perahu tanpa izin dikenakan hukum denda (gaji dipotong).tetapi bila pelanggarannya lebih berat biasanya dipecat (disuruh turun dari perahu).Sebagai tindakan pengamanan,maka setiap penumpang yang membawa senjata tajam harus menitipkannya kepada punggawa,nanti setelah tiba di pelabuhan tujuan barulah boleh diambil kembali. 

Sumber tulisan : Perahu lopi (Bugis), biseang (Makassar)
Data, Muh. Yamin.

Perahu lopi (Bugis), biseang (Makassar)
Published 1989 by Museum Negeri La Galigo in Ujung Pandang .
            Written in Indonesian.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Anonim mengatakan...

mARITim =)

Posting Komentar